Senin, 02 September 2013

TIGA BKM KAB. PEKALONGAN BELAJAR PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI KE YOGYAKARTA

Penanganan sampah secara swa-kelola yang dilakukan oleh warga Desa Sukunan, Sleman-Yogyakarta mendorong tiga Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kabupaten Pekalongan untuk belajar langsung dari sumbernya. BKM Tunas Karya Mandiri Desa Tangkil Kulon, Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan bersama-sama dengan BKM Kemasan Kecamatan Bojong dan BKM Samborejo Kecamatan Tirto didampingi oleh Tim Teknis Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) yang terdiri dari Konsultan Kabupaten (Korkot PNPM-MP Kab. Pekalongan) dan dinas terkait yang meliputi Dinas PU, Dirjen Cipta Karya dan PIP, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Dinas Indag, Dinas Lingkungan Hidup; Jum’at (7/6) kemarin mengadakan studi banding, guna mempelajari proses pengeloaan sampah yang dilakukan di desa tersebut.
 Gambar
Sampah yang selama ini kita anggap sebagai barang yang tidak berharga, menjadi rupiah bagi warga di desa Sukunan, mereka memilah sampah rumah tangga menjadi tiga bagian yakni sampah organik yang terdiri dari daun-daunan, limbah sayuran dan buah dan limbah rumah tangga lainnya sisa dari memasak; dan sampah non organik yang dipilah lagi menjadi dua yaitu plastik dan kaca. Sampah organik dimasukkan dalam tong dengan label sampah organik, dan sampah non organik dimasukkan dalam dua tong yang berbeda, yaitu plastik dan kaca. Kemudian tong sampah yang sudah di letakkan dengan jarak sepuluh rumah tersebut diangkut oleh petugas untuk diolah lebih lanjut. Sampah organik dibuat sebagai kompos atau pupuk organik sedangkan sampah yang non organik dipilah lagi sesuai dengan jenisnya. Untuk sampah dari plastik dan kaca/botol langsung dijual ke pengepul sedangkan sampah dari sisa potongan bahan pakaian dikumpulkan di rumah kain perca untuk dibuat aneka kerajinan seperti kesed, tas dan lain sebagainya. Disamping itu sampah plastik yang terbuat dari alumunium foil  yang tidak laku untuk dijual dibawa ke rumah kerajinan tas yang dikelola oleh kader lingkungan di desa tersebut.         
Gambar Pengelolaan sampah secara mandiri yang dilakukan oleh warga desa Sukunan ini menarik minat peserta studi banding karena ide pengelolaan sampah ini muncul dari salah seorang warga yang kebetulan menjadi dosen lingkungan hidup di salah satu perguruan tinggi di kota Sleman. Keluhan warga mengenai sampah desa yang tidak terurus menjadikan beliau menggandeng donatur untuk mewujudkan pengelolaan sampah terpadu secara mandiri. Dari kesepakatan warga dalam rembuq desa, akhirnya disepakati untuk menerima program pengeloaan sampah mandiri tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi kepada warga selama hampir tiga bulan dan pembuatan media tong sampah oleh warga yang tergabung dalam kelompok peduli lingkungan.
Gambar
            Selain pengelolaan sampah, di desa tersebut kini mengelola instalasi pengolah limbah (IPAL) komunal. Limbah jamban rumah tangga yang awalnya dibuang dalam sapit tank pribadi disalurkan dalam saluran IPAL komunal tersebut. hasil dari pengolahan IPAL komunal tersebut berupa air yang sudah tidak tercampur dengan bakteri ecoli tersebut kemudian di alirkan untuk mengairi sawah di desa tersebut. Selain mengelola IPAL komunal yang merupakan bantuan dari Pemerintah Jepang, kelompok peduli lingkungan juga mengelola biogas hasil dari pengelolaan kandang komunal. Biogas tersebut kemudian disalurkan ke unit rumah tangga untuk dijadikan pengganti bahan bakar gas dari pertamina.
Gambar
            Dengan pengelolaan sampah dan limbah yang terpadu ini desa Sukunan menjadi objek wisata lingkungan yang menarik wisatawan domestik maupun manca untuk belajar pengelolaan sampah secara mandiri. (Buono-Mandiri FM, melaporkan)

Desa Tangkil Kulon Menuju Sentra Agrobisnis Berbasis Lokal

Desa Tangkil Kulon Menuju Sentra Agrobisnis Berbasis Lokal

5 Agu

Rate This


Sepanjang mata memandang, hamparan padi menghijau akan menyejukkan suasana hati, desiran angin  sepoi-sepoi yang bertiup menjadikan suasana tenang dan tenteram, apalagi gemericik air yang mengalir menambah suasana makin eksotis. Suasana seperti itu yang kami rasakan ketika berada di Desa Tangkil Kulon Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Desa Tangkil Kulon merupakan salah satu desa  di Kecamatan Kedungwuni, yang terletak di sebelah utara Kecamatan Kedungwuni berbatasan dengan Kecamatan Tirto,  berjarak sekitar 9 km dari pusat pemerintahan yaitu Kajen , yang dapat ditempuh sekitar 40 menit bila menggunakan kendaraan pribadi. Desa Tangkil kulon memiliki konfigurasi berupa dataran rendah dengan ketinggian antara 5 – 10 m diatas permukaan laut. Suhu di wilayah Tangkil kulon masih dalam batas normal. Kondisi tanah terdiri dari persawahan, pekarangan dan permukiman penduduk. Secara geografis wilayah ini membentang dari utara ke selatan, dengan luas wilayah 111,339 ha. yang terdiri atas 22,010 Ha daerah permukiman; 38,960 Ha berupa Tanah Sawah; 44,194 Ha berupa Tanah Pekarangan; luas kuburan 0,875 Ha;  perkantoran 0,300 Ha; dan sarana umum lainnya 5 Ha, terbagi menjadi 6 RW dan 19 RT. Batas wilayah Desa Tangkil Kulon terbagai atas: v  Sebelah Utara           :  Ngalian v  Sebelah Selatan        :  Bugangan v  Sebelah Timur          :  Tangkil Tengah v  Sebelah Barat           :  Rengas

Nuansa agamis mewarnai kondisi budaya yang ada di masyarakat Desa Tangkil Kulon. Salah satu bentuk seni budaya  yang  telah ada sejak  lama adalah Seni Simtu Duror. Seni  ini dikelola  oleh satu kelompok yang dipimpin oleh Ustad Supardi. Aktivitas kegiatan  ini  rutin dilaksanakan  setiap bulan dan jika ada khajatan masyarakat baik pernikahan maupun khitan/sunatan.
Tangkil Kulon  merupakan sentra penghasil padi di Kecamatan Kedungwuni dengan lebih dari 35% luas wilayahnya (38,96 Ha) merupakan lahan pertanian irigasi tehnis. Aktivitas perdagangan gabah terlihat saat panen tiba. Pedagang dari luar Kabupaten Pekalongan menjadikan Desa Tangkil Kulon sebagai pusat transaksi jual-beli gabah untuk wilayah Tangkil Kulon, Tangkil Tengah, Bugangan Rengas dan wuled. Truk-truk pengangkut hasil pertanian untuk wilayah tersebut menjadikan Desa Tangkil Kulon sebagai transit sehingga sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pusat perdagangan gabah.
Hamparan sawah yang luas dibelah oleh sungai sepanjang wilayah desa menjadikan Desa Tangkil Kulon sangat potensial untuk kegiatan budidaya ikan air tawar dan lokasi wisata dengan dukungan kondisi alam yang khas pedesaan.
Industri konveksi dan batik merupakan ciri khas Kabupaten Pekalongan. Desa Tangkil Kulon memiliki 36 unit usaha industri konveksi dan 5 unit usaha batik skala rumah tangga  (home industry) yang menyerap 445 tenaga kerja yang tersebar di tiap-tiap pedukuhan.
Industri makanan ringan Opak dan renginan singkong merupakan mata pencaharian hampir seluruh penduduk pedukuhan Karanggayam Desa Tangkil Kulon yang terletak di Rt. 18 – 19 Rw. 06. Rasa opak dan renginan singkong Karanggayam yang gurih dan renyah sudah dikenal oleh masyarakat Tirto, Wiradesa, Kedungwuni dan Bojong. Produk industri rumah tangga ini sudah menjadi oleh-oleh warga Pekalongan yang ada di Jakarta.
Jumlah peternak sapi sebanyak 14 kelompok usaha, peternak kambing 25 kelompok usaha, peternak bebek 4 kelompok usaha dan peternak ayam 1 kelompok usaha merupakan penggerak ekonomi warga Desa Tangkil Kulon, dengan meningkatkan kapasitas keahlian beternak didukung oleh dukungan permodalan dari Pemerintah, kedepan Desa Tangkil Kulon bisa menjadi produsen daging untuk wilayah Pekalongan dan sekitarnya.

Kehidupan  masyarakat    agamis  dengan  tetap  memelihara  adat  budaya  lokal/setempat merupakan  potensi  yang  sangat  terlihat  di  masyarakat  untuk  membangun  wilayah  Desa Tangkil Kulon. Salah satu bentuk  budaya yang masih ada sampai saat ini adalah seni Simtu Duror. Seni  Simtu  Duror  sudah  menjadi  milik  masyarakat  secara  turun  temurun  sehingga  dapat dilakukan oleh anak-anak sampai orang  lanjut usia. Seni  ini menjadi  ladang syiar agama  Islam sekaligus arena atau wadah bagi pemerintah dan masyarakat untuk menyampaikan informasi.
Setiap kali ada program pemerintah, antusias masyarakat cukup tinggi dengan dibuktikan adanya swadaya yang terkadang melebihi nilai yang semestinya dari kegiatan yang dilaksankaan dalam program  tersebut.  Nilai  kebersamaan  dalam  semangat  gotong  royong  masih  tampak  kuat mengakar  di  masyarakat.  Keswadayaan  masyarakat  yang  tinggi  menjadi  potensi  dalam pengembangan kawasan Desa Tangkil Kulon.

Hadirnya radio komunitas pemberdayaan Pekalongan, Mandiri FM yang selalu menginformasikan kegiatan PNPM-MP Kabupaten Pekalongan pada umumnya dan LKM Tunas Karya Mandiri pada khususnya dijadikan warga desa Tangkil Kulon sebagai media informasi mengenai pemberdayaan masyarakat  disamping sebagai media hiburan. Hadirnya Mandiri FM ini dapat dijadikan sebagai media promosi usaha kecil dan menengah sehingga produk mereka dapat lebih dikenal oleh masyarakat Pekalongan dan sekitarnya.
Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Lokal
Melihat potensi Desa Tangkil Kulon Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tersebut, LKM Tunas Karya Mandiri bersama Pemerintah Desa dan masyarakat akan mengembangkan Desa Tangkil Kulon sebagai desa agribisnis berbasis lokal. Desa agribisnis adalah desa yang berbasiskan pada sektor pertanian dalam menunjang pengembangan sektor  industri pertanian. Sumber Daya Lokal adalah sumber daya manusia dan sumber daya alam yang terdapat di Desa Tangkil Kulon.
Adapun pengembangan kawasan agribisnis berbasis lokal yang saat ini akan dikembangkan adalah :
1.    Program Pengembangan Diversitifikasi Pertanian
  1. Agribisnis padi organik
Kegiatan agribisnis padi organik dilakukan dengan cara memperbaiki sumber daya lahan pertanian; sosialisasi pertanian ramah lingkungan berkelanjutan; meningkatkan produksi dan pendapatan petani; meningkatkan pengetahuan petani dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk usaha taninya; merubah pola pikir, sikap dan perilaku petani tentang pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan; menyediakan bahan makanan yang bebas residu bahan kimia berbahaya.
  1. Kegiatan budidaya perikanan darat
Pengembangan  perikanan  darat  akan  diarahkan  pada Usaha Pembenihan Rakyat (UPR)  yang  akan  dilakukan  oleh  masyarakat  baik  di  kolam  terbuka  maupun  di kolam  dalam  ruangan.
Sistem budidaya yang dilakukan di dalam  ruangan memiliki beberapa keunggulan yaitu  lahan yang digunakan  tidak  terlalu  luas, perkembangan  ikan  lebih  terkontrol dengan   produksi  sebanding dengan  kolam  yang  lebih  luas. Komoditas  ikan  yang dapat  dilakukan  dengan  menggunakan  sistem  ruangan  yaitu  ikan  lele  dumbo, patin,  bawal dan  ikan gurame. Sedangkan kegiatan pembenihan dan pendederan ikan  Nila  dan  Baster  serta  pembesaran  Lele  dumbo   akan  dilakukan  di  kolam terbuka.
  1. Kegiatan pengembangan argowisata
Pengembangan agrowisata dilakukan dengan cara mendirikan green  house yang akan  dikembangkan menjadi   Pusat  Informasi  Tekonologi  Terapan  Pertanian  yang  dapat langsung  dialihkan  ke  petani.  Dengan  kemampuan  dalam  pengkajian  dan  pusat informasi teknologi terapan budidaya pertanian di Kawasan Agro, diharapkan akan menjadi  pusat  pelatihan,  diklat,  serta  magang  bagi  peminat  pertanian  dari berbagai  kalangan,  baik  pelajar  maupun masyarakat  umum  dari  dalam  dan  luar Pekalongan.
Bidang  peternakan  di  Kawasan  Agro  akan  memaksimalkan  pengemukan  ternak sapi  dan  domba.  Pada  proses pengemukan  sapi  dan  domba  akan  dikaji  tentang teknologi  pakan  sehingga  akan  dihasilkan  penambahan  berat  ternak  yang  cepat dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selain pengkajian teknologi pakan, juga akan dilakukan  pengkajian  tentang  teknologi  pemanfaatan  limbah  ternak,  antara  lain untuk  pengomposan  dan  biogas.  Hasil  pengkaj ian  ini  akan  dapat  dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, terutama yang telah tergabung dalam kelompok petani peternak sapi dan domba.
Bidang Perikanan pada pengembangan Kawasan Agro akan menitikberatkan pada pengembangan  wisata  perikanan  dan  teknik  budidaya  perikanan.  Pada  teknik budidaya  perikanan  juga  akan  dikaji  tentang  teknik  budidaya  perikanan  yang memungkinkan dikembangkan di Kabupaten Pekalongan.
Pengembangan  Kawasan  Agrowisata  Tangkil Kulon  ini  akan  melibatkan  petani  yang merupakan  anggota Kelompok Tani Desa Tangkil Kulon,  sehingga  akan memudahkan  transfer teknologi ke petani. Selain  itu dengan keterlibatan kelompok tani pengembangan Kawasan Agrowisata Tangkil Kulon   akan  lebih  terfokus  kepada  upaya  untuk  menghasilkan  teknologi terapan  yang  berguna  untuk  meningkatkan  hasil  pertanian,  perikanan,  dan peternakan.
Pengembangan  Kawasan  Agrowisata Tangkil Kulon selain  dapat  menghasilkan  teknologi-teknologi  yang  bermanfaat  bagi  petani,  diharapkan  juga  akan  mendorong tumbuhnya sentra  usaha pertanian lain di sekitar Kawasan Agro yang mendukung pengembangan  kawasan  agro,  misalnya  usaha-usaha  nursery  tanaman  hias.
Kawasan   Agrowisata Tangkil Kulon juga  akan  difungsikan  sebagai  pendukung  program  life skill pertanian pada bidang pendidikan.  Pengembangan Kawasan Agrowisata Tangkil Kulon jangka panjang diarahkan untuk menjadi suatu Kawasan Agrowisata yang mendukung  pengembangan  pertanian.  Kawasan
Agrowisata  pada  prinsipnya  merupakan  bagian  dari  objek  wisata  yang memanfaatkan  usaha  pertanian  (agro)  untuk   mempeluas  pengetahuan, pengalaman  rekreasi,  dan hubungan usaha dibidang pertanian yang menonjolkan budaya  lokal  dalam  memanfaatkan  lahan.  Pengembangan  Agrowisata  Tangkil Kulon disesuaikan  dengan  kapasitas,  tipologi,  dan  fungsi  ekologis  lahan  diharapkan dapat  melestarikan  sumber  daya  lahan  dan  pendapatan  petani  serta masyarakat
sekitarnya.  Hal  ini  karena  pengembangan  agrowisata  pada  akhirnya  akan menciptakan lapangan pekerjaan dengan adanya unit-unit usaha  disekitar wilayah agrowisata yang mendukung pengembangan Kawasan Agrowisata.
  1. Kegiatan agribisnis peternakan
Kegiatan ini meliputi :
  1. Agribisnis penggemukan sapi potong
Dilihat  dari  daya  dukung  lahan  dan  potensi  limbah pertanian  serta  limbah  rumah tangga  yang  dapat  dimanfaatkan  sebagai  bahan  pakan ternak  sapi  potong,  maka  volume  usaha  penggemukan  sapi  potong akan dapat ditingkatkan.
  1. Agribisnis ternak sapi perah
Agribisnis  ternak  sapi  perah dapat  dikatakan menghasilkan  4  (empat)  jenis emas yaitu  emas  putih  (susu  segar),  emas  merah  (daging),  emas  hitam  (pupuk kandang),  dan  emas  cair  (kencing  sebagai  pupuk).  Pertimbangan  lainnya  yang mendukung pengembangan usaha sapi perah adalah :
1) Tingkat besarnya laba tidak fluktuatif, tetapi cenderung naik.
2)  Harga susu sapi perah cenderung selalu naik
3) Produk sampingan dari usaha sapi perah memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan usaha lainnya.
4)  Resiko penyakit relatif kecil
5)  Resiko keamanan relatif kecil
6)  Mendorong tumbuhnya industri ikutannya yaitu pengolahan susu sterilisasi, susu pasteurisasi, yohurt, ice cream, bahan cosmetic, mentega, keju, dan sebagainya.
  1. Agribisnis ternak domba
Agribisnis ternak domba sangat  potensial dikembangkan di Kabupaten Pekalongan karena adanya beberapa faktor pendukung yaitu ;
1)   Kesesuaian agroklimat dengan karakteristik ternak domba
2) Tradisi beternak domba sudah membudaya di masyarakat petani peternak
3) Tersedianya kelembagaan usaha baik berupa Kelompok dan Koperasi peternak domba
4)  Peluang  pasar  sangat  besar  karena  adanya  kecenderungan  peningkatan konsumsi daging termasuk daging domba
5)  Tersedianya pasar hewan (domba/kambing) yang cukup memadai.
Bagi masyarakat  petani peternak, agribisnis   ternak domba selain sebagai sumber pendapatan  keluarga  juga  berfungsi  sebagai;  sumber  protein  hewani,  tabungan petani  peternak,  penghasil  pupuk  kandang,  penghasil  kulit,   hewan  pembersih gulma,  hewan kesayangan, dan hewan kurban bagi umat Islam.
2.    Program Pengembangan Paska Panen
Program ini meliputi pemenuhan kebutuhan pakan ternak melalui pemanfaatan limbah paska panen melalui :
  1. Pembuatan jerami fermentasi dan silase
Jerami  padi  merupakan  alternatif  pakan  ternak  yang  potensial  di  antara  limbah pertanian  lainnya  karena  produksi  cukup  melimpah  dan  tersedia  setiap  waktu. Namun,  jerami padi memiliki kelemahan yaitu kandungan nutrisi (protein)  rendah, serat  kasar  tinggi,  daya  cerna  rendah,  dan  palatabilitas  rendah.  Untuk meningkatkan  kualitas  jerami  padi  dapat  ditempuh  dengan  beberapa  cara  diantaranya adalah melalui   bio-proses  fermentasi  (enzimatis)  terbuka selama 21 hari.  Tujuan  pengolahan  ini  adalah  mengubah  struktur  fisik  oleh  enzim deliginifikasi  (menghilangkan  peranan  lignin)  dengan  cara  memutuskan  ikatan lignoselulosa dan meningkatkan gizi jerami padi.
Jerami  padi  fermentasi  dapat  diberikan  sebagai  pakan  ternak  ruminansia  (sapi potong,  sapi  perah,  domba  dan  kambing)  sebagai  substitusi  rumput  segar.
Dengan  cara  demikian,  pemanfaatan  hijauan  pakan  ternak  dalam  bentuk  jerami padi akan dapat  dilakukan sepanjang  tahun dan  lebih efisien dalam pemanfaatan waktu  dan  tenaga peternak. Nilai  nutrisi  jerami  padi,  jerami  padi  fermentasi  dan rumput gajah (Pannissetum purpureum).
  1. Pembuatan konsentrat
Konsentrat adalah jenis pakan ternak yang terdiri dari satu atau lebih bahan pakan dengan  kandungan  protein  yang  tinggi.  Konsentrat  sangat  diperlukan  untuk melengkapi kebutuhan nutrisi   ternak disamping pakan  jenis hijauan. Bahan baku pembuatan  konsentrat  dipilih  berdasarkan  pertimbangan  :  kandungan  nutrisi, kemudahan  memperoleh,  kontinyuitas  ketersediaan,  dan  harga.  Sebagai pendukung kegiatan agrobisnis secara umum, bahan baku konsentrat  diutamakan dari  limbah  industri  pertanian  yang mengandung  protein  yang  cukup  tinggi  dan tidak  berkompetisi  dengan  komoditas  lainnya,misalnya  dedak,  ampas  kecap, ampas bir, garam, onggok, ampas tahu,   kulit coklat, bungkil kopi, bungkil kelapa, dan tetes tebu.
Ketersediaan konsentrat untuk pakan  ternak sebagai pendukung    pengembangan agribisnis  mutlak  dilakukan.  Kualitas,  kuantitas  dan  kontinyuitas  penyediaan konsentrat, sangat berpengaruh pada tingkat produktifitas ternak.
3.    Pembangunan dan Pengembangan Rumah Potong Hewan
Pebangunan dan pengembangan  RPH  dimaksudkan  untuk  meningkatkan  pelayanan  terhadap pengguna  jasa dalam hal pemotongan hewan yang halal, aman, utuh, dan sehat.
4.    Program Composting Communal
Pembangunan  Tempat  Pengolahan  Sampah  terpadu  merupakan  kegiatan  yang bertujuan  untuk  mengurangi  dampak  lingkungan  (persampahan)  dengan melakukan proses Reduksi, Recycle dan Reuse (3R).  Sampah  yang  sudah  melalui pemilahan yaitu sampah organik akan diproses untuk bahan setengah jadi kompos dan  sampah  anorganik  yang  sudah  tidak  dapat  di  recycle  dan  reuse  akan dipadatkan  untuk  kemudian  dibuang.
5.    Pembangunan Pasar Desa dan Pengembangan Jejaring Usaha
Pembangunan pasar desa bertujuan sebagai sarana untuk :
a.  memasarkan hasil produksi desa;
b. mendorong masyarakat desa agar mampu berproduksi dan mengolah hasil produksi desa;
c.  menciptakan lapangan kerja;
d.   meningkatkan pendapatan asli desa;
e.   mendorong kehidupan perekonomian desa;
f.    mendorong kehidupan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dan Koperasi Unit Desa (KUD).
Pengembangan jejaring usaha dilakukan melalui rintisan trading house dengan cara :
1.  Sentra Produktivitas agropolitan, antara lain
1)  Padi organik yang dilakukan secara bertahap
2)  Jenis ikan Leledumbo, Patin, Bawal, Baster, Nila.
3)  Ternak Sapi potong, Sapi perah dan Domba.
2.  Produktivitas KUKM, antara lain
a)  KUKM Off Farm agropolitan
- Makanan dan Minuman
- Cenderamata dan assesoris
- Industri Pengemasan
- Pakan ternak
- Pupuk Organik (Granular)
b)  KUKM pengembangan
-  Industri Pengolahan kayu
- Industri Konveksi dan Batik
Berikutnya membangun pusat promosi dan informasi peluang pasar dengan memanfaatkan radio komunitas yang sudah ada (Mandiri FM) dan pengembangan website LKM Tunas Karya Mandiri sebagai sarana promosi dan internet marketing.
6.    Pemberdayaan KUKM disegala bidang dan Fasilitasi Perkuatan Modal
Peningkatan  ketrampilan  dan  pemberdayaan  kewirausahaan  KUKM dilaksanakan  melalui  beberapa  kegiatan  sesuai  dengan  hasil  penataan KUKM, antara lain: Peningkatan  jiwa  kewirausahaan  (enterpreneurship)  melalui pendekatan achievment motivation training (AMT); Peningkatan pengetahuan manajemen dan ketrampilan teknis;  serta pemberian modal bergulir.